Film COCO 2017
Film : Coco
Tahun : 2017
Released by : Walt Disney Pictures
Coco, film panjang animasi ke-19
Pixar, menyajikan kisah keluarga yang fokus pada kultur masyarakat Meksiko,
terutama perayaan Dia de los
Muertos atau Hari Raya Orang Mati. Film ini mengikuti
perjalanan Miguel, bocah 12 tahun yang pergi saat keluarga besarnya sedang
menyiapkan perayaan.
Proyek animasi ini dimulai dengan proposal Lee Unkrich pada 2010 setelah selesai mengerjakan Toy Story 3. Usulan diterima dan proyek berlanjut dengan sekian perjalanan riset ke Meksiko untuk mengenal lebih dalam Dia de los Muertos serta ragam tradisi yang hidup di kampung-kampung Meksiko.
Proyek animasi ini dimulai dengan proposal Lee Unkrich pada 2010 setelah selesai mengerjakan Toy Story 3. Usulan diterima dan proyek berlanjut dengan sekian perjalanan riset ke Meksiko untuk mengenal lebih dalam Dia de los Muertos serta ragam tradisi yang hidup di kampung-kampung Meksiko.
Lewat riset tersebut, Lee mengaku terkesima
dengan penggambaran tulang tengkorak dalam warna cerah dan meriah, yang lalu
turut mempengaruhi pilihan warna film Coco. Riset ini juga membuat mereka mendapati beberapa hal
yang diceritakan dalam film, seperti makanan dan dekorasi.
1.
Papel
Picado
Seni papercutting ada di banyak kultur dan negara. Lembaran kertas dipotong menurut pola tertentu membentuk gambar. Meksiko menyebut seni semacam ini dengan nama 'papel picado. Ini merupakan karya seni tradisional Meksiko yang dipergunakan sebagai umbul-umbul. Meski biasa digunakan dalam berbagai acara sekuler dan religius, papel picado lebih sering dijadikan dekorasi saat perayaan Hari Orang Mati.
Penonton film Coco menjumpai papel picado dalam adegan pembuka yang mengenalkan silsilah keluarga Miguel. Umbul-umbul ragam warna, yang digantung di jalanan dan atas rumah, menunjukkan ilustrasi cerita Miguel. Kertas ini juga muncul sepanjang cerita dan biasanya bergambar tengkorak. Penggunaan papel picado sudah dimulai setidaknya sejak era pra-Hispanik Meksiko atau era Aztec. Orang-orang Aztec menggantung kertas di altar untuk menunjukkan arah angin. Kertas ini juga digunakan dalam ritual terkait dewa hujan.
2. Anjing Xolo
Jenis ini sudah ada setidaknya sejak 3.500 tahun lalu dan menjadi sahabat suku Aztec dan Maya. Mutasi genetik membuat Xolo tak berambut, selain sedikit di kepala dan ekor. Gen ini juga membuat Xolo tak memiliki gigi premolar, yang seharusnya berada di samping gigi taring, sehingga lidahnya terbiasa menjulur keluar. Nama Xoloitzcuintli berasal dari dua kata dalam bahasa Aztec, yaitu 'xolotl' yang berarti dewa petir dan kematian, serta 'itzcuintli' atau anjing. Menurut kepercayaan Aztec, anjing Xolo diciptakan oleh dewa sebagai penjaga yang hidup dan penuntun arwah yang hendak menuju dunia bawah lewat Mictlan.
3. Ofrendas
Ofrendas (jamak) berarti offering atau persembahan. Ofrenda merupakan sekumpulan benda yang diletakkan di altar ritual selama perayaan Dia de los Muertos. Foto mereka masing-masing dipasang di altar dan kenangan tentang mereka diceritakan secara turun temurun oleh anggota keluarga yang lebih tua. Altar khusus ini dimaksudkan sebagai undangan bagi arwah untuk berkumpul kembali bersama keluarga yang masih hidup. Yang hidup memberi makanan, minuman, atau mainan kesukaan orang yang mereka kenang, dengan harapan mereka mau datang dan merasa nyaman.
Ofrendas (jamak) berarti offering atau persembahan. Ofrenda merupakan sekumpulan benda yang diletakkan di altar ritual selama perayaan Dia de los Muertos. Foto mereka masing-masing dipasang di altar dan kenangan tentang mereka diceritakan secara turun temurun oleh anggota keluarga yang lebih tua. Altar khusus ini dimaksudkan sebagai undangan bagi arwah untuk berkumpul kembali bersama keluarga yang masih hidup. Yang hidup memberi makanan, minuman, atau mainan kesukaan orang yang mereka kenang, dengan harapan mereka mau datang dan merasa nyaman.
Dalam Coco, ofrenda menjadi elemen penting cerita. Karena persembahan ini berkaitan dengan kenangan akan sosok yang telah mati, arwah orang yang populer dan dikenang banyak orang cenderung mendapat ofrenda lebih banyak.
4. Calveras
Calavera adalah penggambaran tengkorak manusia di
Meksiko. Gambar ini jadi simbol perayaan Dia
de los Muertos dan muncul dalam berbagai hiasan, seperti
papel picado atau riasan orang-orang yang merayakan ritual. Ada banyak gaya
calavera. Salah satu yang paling populer adalah gaya seniman litografi Jose
Guadalupe Posada, yang pada awalnya dibuat sebagai karya satir politik pada
akhir abad ke-19. Desain paling ikonik adalah La Calavera Catrina, yaitu
kerangka manusia yang mengenakan pakaian bangsawan. Seiring perjalanan waktu,
gaya calavera Jose Posada digunakan sebagai ikon khas Dia de Los Muertos. Desain
visual karakter arwah dalam film Coco
diadaptasi dari gaya tersebut dengan modifikasi pada mata dan susunan tulang
supaya dapat menunjukkan emosi lebih banyak.
5. Marigold
Meksiko punya jenis bunga Marigold berwarna jingga
menyala. Nama ilmiahnya Tagetes erecta. Bunganya sering disebut cempashuchil atau flor de muertos atau
bunga orang mati. Dalam era Aztec, bunga berwarna jingga terang melambangkan
matahari.
Spesies bunga ini mekar berdekatan dengan waktu perayaan
hari orang mati pada 2 November. Saat perayaan, kelopak bunga ini ditaburkan di
makam dan menjadi hiasan altar. Aroma bunga ini diyakini dapat menuntun arwah
dalam perjalanan ke dunia orang hidup untuk merayakan Dia de los Muertos. Dalam
film Coco, bunga
ini muncul di berbagai tempat, baik rumah Miguel atau kompleks pemakaman tempat
para penduduk mengadakan perayaan. Saat Miguel menyeberang ke dunia orang mati
bersama anjing Dante, mereka melalui jembatan panjang yang terbuat dari tumpukan
kelopak bunga marigold. Kelopak bunga ini pula yang digunakan para awah leluhur
Miguel saat hendak mengirim dia kembali ke dunia orang hidup.
Komentar
Posting Komentar